Sebutkan pengertian fardhu kifayah dan pengertian fardhu ‘ain!​

Sebutkan pengertian fardhu kifayah dan pengertian fardhu ‘ain!?

Jawaban 1 :

pengertian dari fardhu kifayah adalah :

= adalah status hukum dari sebuah aktivitas dalam Islam yang wajib dilakukan, tetapi bila sudah dilakukan oleh muslim yang lain maka kewajiban ini gugur.

pengertian fardhu ‘ain adalah :

= adalah status hukum dari sebuah aktivitas dalam Islam yang wajib dilakukan oleh seluruh individu yang telah memenuhi syaratnya.

Dijawab Oleh :

Noor Sjahid, S. Pd. M.Pd.

Jawaban 2 :

Fardu kifayah : (bahasa Arab: فرض كفاية‎) adalah status hukum dari sebuah aktivitas dalam Islam yang wajib dilakukan, tetapi bila sudah dilakukan oleh muslim yang lain maka kewajiban ini gugur. Contoh aktivitas yang tergolong fardu kifayah: Menyalatkan jenazah muslim. Belajar ilmu tertentu (misalnya kedokteran, ekonomi)

sedangkan….

Fardu/wajib ain : adalah status hukum dari sebuah aktivitas dalam Islam yang wajib dilakukan oleh seluruh individu yang telah memenuhi syaratnya. Dalam Islam, meninggalkan aktivitas yang hukumnya fardu ain adalah berdosa.

Dijawab Oleh :

Dr. Wawan Suherman, S. Pd. M.Pd.

Penjelasan :

Memahami Kategori Kewajiban dalam Islam: Fardhu Kifayah dan Fardhu ‘Ain

Dalam kerangka syariat Islam, kewajiban atau fardhu adalah perintah yang harus dilaksanakan oleh umat Muslim. Meninggalkan fardhu akan mendatangkan dosa, sedangkan melaksanakannya akan memperoleh pahala. Namun, tidak semua fardhu memiliki beban tanggung jawab yang sama. Ada kewajiban yang bersifat personal dan ada pula yang bersifat komunal.

Pembagian ini mencerminkan kebijaksanaan Islam dalam mengatur kehidupan individu dan sosial. Islam tidak hanya menekankan hubungan vertikal antara hamba dan Tuhannya, tetapi juga hubungan horizontal antar sesama manusia. Kategorisasi ini membantu umat Muslim untuk menyeimbangkan antara hak dan kewajiban pribadi dengan tanggung jawab sosial yang harus diemban.

Apa yang Dimaksud dengan Fardhu Kifayah? Definisi dan Ruang Lingkupnya

Pertanyaan apa yang dimaksud dengan fardhu kifayah seringkali muncul karena sifatnya yang berbeda dengan kewajiban individu. Fardhu kifayah adalah salah satu jenis kewajiban dalam Islam yang jika sebagian orang dalam suatu komunitas telah melaksanakannya, maka gugurlah kewajiban tersebut dari seluruh anggota komunitas lainnya. Namun, jika tidak ada seorang pun dalam komunitas yang melaksanakannya, maka seluruh anggota komunitas tersebut akan berdosa.

Baca Juga:  Tempo lagu pada saat menyanyikan lagu aku anak indonesia adalah

Kata “kifayah” sendiri berasal dari bahasa Arab yang berarti “mencukupi” atau “memadai”. Ini menunjukkan bahwa yang terpenting adalah kewajiban tersebut terlaksana secara kolektif, bukan siapa yang melaksanakannya. Konsep ini mendorong adanya kolaborasi dan rasa tanggung jawab bersama dalam masyarakat untuk memenuhi kebutuhan umum.

Pengertian Dasar Fardhu Kifayah

Secara lebih rinci, apa yang dimaksud dengan fardhu kifayah adalah sebuah perintah agama yang ditujukan kepada seluruh umat Islam, tetapi pelaksanaan kewajiban tersebut dapat diwakilkan. Artinya, jika ada beberapa individu atau kelompok yang sudah menunaikannya, maka kewajiban tersebut dianggap sudah terpenuhi bagi seluruh komunitas. Beban dosa baru akan ditanggung oleh seluruh anggota komunitas apabila kewajiban tersebut sama sekali tidak ada yang melaksanakan.

Ini adalah bentuk solidaritas dan tanggung jawab sosial yang tinggi dalam Islam. Fardhu kifayah bertujuan untuk memastikan bahwa kebutuhan esensial dan kemaslahatan umum dalam masyarakat dapat tetap berjalan. Tanpa adanya pembagian tugas seperti ini, akan ada banyak kebutuhan sosial yang terbengkalai.

Ciri-ciri dan Karakteristik Fardhu Kifayah

Fardhu kifayah memiliki beberapa ciri khas yang membedakannya dari fardhu ‘ain:

  • Bersifat Kolektif: Kewajiban ini ditujukan kepada komunitas secara keseluruhan, bukan kepada setiap individu secara spesifik.
  • Dapat Gugur: Jika sejumlah orang telah melaksanakan, kewajiban dan dosa bagi yang lain gugur.
  • Dosa Bersama: Jika tidak ada yang melaksanakan sama sekali, maka seluruh komunitas menanggung dosa.
  • Tujuan Kemaslahatan Umum: Pelaksanaannya untuk menjaga keberlangsungan tatanan sosial dan memenuhi kebutuhan publik.

Prinsip ini sangat penting dalam membangun masyarakat yang saling mendukung. Ini mendorong pembagian peran dan spesialisasi di berbagai bidang demi kemajuan umat.

Tujuan dan Hikmah di Balik Fardhu Kifayah

Ada hikmah mendalam di balik penetapan fardhu kifayah. Tujuannya adalah untuk:

  • Menjamin Pelayanan Publik: Memastikan bahwa ada orang-orang yang mengurus hal-hal vital bagi kelangsungan hidup masyarakat, seperti pengurusan jenazah, menjaga keamanan, atau menyediakan ilmu pengetahuan.
  • Mendorong Spesialisasi: Mendorong umat Islam untuk mendalami berbagai bidang ilmu dan profesi yang bermanfaat bagi umat, seperti kedokteran, teknik, atau ilmu agama yang mendalam.
  • Membangun Solidaritas Sosial: Menumbuhkan rasa kebersamaan dan tanggung jawab kolektif. Setiap anggota masyarakat merasa memiliki andil dalam kebaikan bersama.
  • Mencegah Beban Berlebihan: Meringankan beban individu, karena tidak semua orang harus ahli dalam segala hal. Cukup ada perwakilan yang berkompeten.

Contoh-Contoh Fardhu Kifayah dalam Kehidupan Sehari-hari

Untuk lebih memahami apa yang dimaksud dengan fardhu kifayah, mari kita lihat beberapa contoh konkret dalam kehidupan sehari-hari umat Islam. Contoh-contoh ini menunjukkan bagaimana prinsip fardhu kifayah diterapkan untuk menjaga keberlangsungan dan kemaslahatan masyarakat.

Baca Juga:  Apa yang dimaksud dengan topologi star

Pelaksanaan Fardhu Kifayah di Masyarakat

Beberapa contoh fardhu kifayah yang umum kita temui meliputi:

  • Mengurus Jenazah Muslim: Meliputi memandikan, mengkafani, menyalatkan, dan menguburkan jenazah. Jika ada sebagian Muslim yang telah melaksanakannya, gugurlah kewajiban bagi Muslim lain di lingkungan tersebut.
  • Adzan: Memanggil umat Muslim untuk shalat. Jika sudah ada muadzin yang mengumandangkan adzan di suatu daerah, kewajiban untuk adzan gugur bagi yang lain.
  • Mempelajari Ilmu Pengetahuan Tertentu: Seperti ilmu kedokteran, pertanian, hukum, atau ilmu syariat yang sangat mendalam (seperti menjadi seorang mujtahid). Jika ada cukup ahli di bidang-bidang tersebut dalam masyarakat, kewajiban ini dianggap terpenuhi.
  • Menjadi Tentara atau Penjaga Keamanan: Mempertahankan negara dari serangan musuh atau menjaga ketertiban umum. Kewajiban ini harus ada yang melaksanakannya untuk melindungi masyarakat.
  • Amar Ma’ruf Nahi Munkar (Menyeru Kebaikan dan Mencegah Kemungkaran): Dalam kadar tertentu, jika sudah ada ulama atau individu yang secara aktif berdakwah dan mencegah kemungkaran, kewajiban tersebut dapat terwakili.

Implikasi Jika Fardhu Kifayah Tidak Dilaksanakan

Konsekuensi dari tidak dilaksanakannya fardhu kifayah sangat serius. Hal ini menunjukkan bahwa pentingnya memahami apa yang dimaksud dengan fardhu kifayah tidak hanya sebatas teori, melainkan juga memiliki dampak praktis pada kehidupan beragama dan bermasyarakat.

Tanggung Jawab Kolektif

Jika tidak ada seorang pun dalam komunitas yang melaksanakan suatu fardhu kifayah, maka seluruh anggota komunitas tersebut akan menanggung dosa. Ini adalah prinsip tanggung jawab kolektif. Dosa tersebut tidak hanya ditanggung oleh individu yang mampu namun tidak mau, tetapi juga oleh mereka yang tidak tahu atau tidak peduli. Hal ini menuntut adanya kepedulian bersama dan dorongan untuk memastikan bahwa ada yang mengambil peran dalam setiap fardhu kifayah yang dibutuhkan masyarakat.

Dampak Negatif pada Tatanan Sosial

Bila fardhu kifayah tidak terwujud, tatanan sosial akan terganggu. Bayangkan jika tidak ada yang mengurus jenazah, tidak ada dokter, tidak ada ahli agama, atau tidak ada yang menjaga keamanan. Masyarakat akan kacau, kebaikan tidak tersebar luas, dan kemungkaran akan merajalela. Oleh karena itu, fardhu kifayah adalah pilar penting dalam menjaga kemaslahatan dan keseimbangan kehidupan bermasyarakat Muslim.

Mengenal Lebih Dekat Fardhu ‘Ain: Kewajiban Individu yang Tak Tergantikan

Setelah memahami apa yang dimaksud dengan fardhu kifayah, kini kita beralih ke pembahasan fardhu ‘ain. Fardhu ‘ain adalah kewajiban yang berbeda secara fundamental. Kewajiban ini bersifat personal dan mutlak.

Definisi dan Makna Fardhu ‘Ain

Fardhu ‘ain adalah kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap individu Muslim mukallaf (baligh dan berakal) secara pribadi dan tidak bisa diwakilkan kepada orang lain. Kata “‘ain” dalam bahasa Arab berarti “individu” atau “diri”. Ini menekankan bahwa tanggung jawab atas pelaksanaan kewajiban ini sepenuhnya berada di pundak masing-masing Muslim. Tidak ada pengecualian atau pengguguran kewajiban ini kecuali dalam kondisi syar’i yang sangat khusus (misalnya sakit parah yang tidak memungkinkan puasa, atau tidak mampu menunaikan haji).

Baca Juga:  نبيل apakah benar tulisan arab dari nabila itu?

Contoh-contoh fardhu ‘ain antara lain:

  • Shalat Lima Waktu: Setiap Muslim wajib melaksanakannya setiap hari.
  • Puasa Ramadhan: Setiap yang memenuhi syarat wajib berpuasa selama bulan Ramadhan.
  • Zakat: Bagi yang telah mencapai nishab dan haul wajib mengeluarkan zakat.
  • Haji: Bagi yang mampu secara fisik dan finansial wajib menunaikan ibadah haji sekali seumur hidup.
  • Mempelajari Ilmu Agama Dasar: Seperti dasar-dasar tauhid, fiqih ibadah sehari-hari (cara shalat, puasa, dll), dan akhlak yang wajib diketahui setiap Muslim.

Perbedaan Mendasar Fardhu ‘Ain dan Fardhu Kifayah

Perbedaan antara fardhu ‘ain dan fardhu kifayah adalah inti dari pemahaman kewajiban dalam Islam.

  • Pelaku: Fardhu ‘ain wajib bagi setiap individu. Fardhu kifayah wajib bagi komunitas (cukup diwakili).
  • Pengguguran Kewajiban: Fardhu ‘ain tidak bisa gugur jika orang lain melaksanakannya. Fardhu kifayah bisa gugur jika sudah ada yang melaksanakan.
  • Konsekuensi: Meninggalkan fardhu ‘ain berdosa secara pribadi. Meninggalkan fardhu kifayah (jika tidak ada yang melaksanakan) berdosa bagi seluruh komunitas.

Konsekuensi Pelanggaran dan Ganjaran Ketaatan

Jika seorang Muslim meninggalkan fardhu ‘ain tanpa alasan yang syar’i, ia akan menanggung dosa secara pribadi di hadapan Allah SWT. Sedangkan jika ia melaksanakannya, ia akan mendapatkan pahala besar sebagai bentuk ketaatan. Ini sangat kontras dengan fardhu kifayah, di mana dosa atau pahala tersebar atau gugur tergantung pada pelaksanaan komunitas secara keseluruhan.

Integrasi Fardhu Kifayah dan Fardhu ‘Ain dalam Pembentukan Masyarakat Madani

Baik fardhu ‘ain maupun fardhu kifayah adalah dua sisi mata uang yang sangat penting dalam membangun masyarakat Muslim yang kokoh dan beradab, yang sering disebut sebagai masyarakat madani. Keduanya saling melengkapi dan tidak bisa dipisahkan.

Fardhu ‘ain membentuk individu yang bertaqwa, memiliki landasan spiritual yang kuat, dan bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Individu-individu inilah yang kemudian menjadi pondasi utama dalam melaksanakan fardhu kifayah. Tanpa individu yang kuat secara spiritual, tidak akan ada yang peduli atau mau mengambil tanggung jawab komunal.

Di sisi lain, fardhu kifayah memastikan bahwa ada kesejahteraan sosial, ilmu pengetahuan tersebar, keamanan terjaga, dan kebutuhan dasar masyarakat tercukupi. Ini menciptakan lingkungan yang kondusif bagi setiap individu untuk lebih fokus pada pelaksanaan fardhu ‘ain mereka serta mengembangkan potensi diri. Keseimbangan antara kedua fardhu ini melahirkan masyarakat yang harmonis, spiritual, dan berdaya.

Kesimpulan

Memahami apa yang dimaksud dengan fardhu kifayah dan perbedaannya dengan fardhu ‘ain adalah esensi penting dalam kehidupan seorang Muslim. Fardhu kifayah adalah kewajiban komunal yang gugur jika sudah ada sebagian yang melaksanakannya, sementara fardhu ‘ain adalah kewajiban pribadi yang harus ditunaikan oleh setiap individu. Pembagian ini menunjukkan kebijaksanaan Islam dalam mengatur kehidupan yang seimbang antara hak individu dan tanggung jawab sosial.

Penerapan kedua jenis kewajiban ini secara simultan membentuk individu yang bertaqwa dan masyarakat yang berdaya. Setiap Muslim didorong untuk menunaikan kewajiban pribadinya sambil tetap peduli dan berpartisipasi dalam memenuhi kebutuhan kolektif. Dengan demikian, umat Islam dapat mewujudkan kemaslahatan di dunia dan meraih kebahagiaan di akhirat dengan bimbingan syariat yang sempurna.

Tinggalkan komentar