Perkembangan menuntut kita untuk terus belajar hal-hal baru. Ceritakan pengalaman Anda saat mendapatkan masukan atau umpan balik terkait kemampuan Anda.

Perkembangan menuntut kita untuk terus belajar hal-hal baru. Ceritakan pengalaman Anda saat mendapatkan masukan atau umpan balik terkait kemampuan Anda.

Kapan waktu kejadiannya? Masukan atau umpan balik apa yang secara spesifik Anda dapatkan? Apa yang Anda rasakan saat menerima masukan atau umpan balik tersebut?

Jawaban 1 : 

Beberapa bulan yang lalu, saya mendapatkan kesempatan untuk mempresentasikan sebuah proyek di depan tim saya. Setelah presentasi, pimpinan tim saya memberikan umpan balik tentang kinerja saya.

Secara spesifik, mereka memuji ide dan konsep yang saya bawakan dalam presentasi tersebut, namun mereka juga menyarankan agar saya lebih memperjelas dan merinci beberapa poin penting agar lebih mudah dipahami oleh semua anggota tim. Mereka juga menyarankan agar saya lebih mempersiapkan diri dalam menjawab pertanyaan yang mungkin muncul setelah presentasi.

Awalnya, saya merasa sedikit kecewa karena merasa bahwa saya sudah berusaha sebaik mungkin. Namun, setelah merenung, saya menyadari bahwa umpan balik tersebut sangat berharga untuk perkembangan saya. Saya merasa berterima kasih karena pimpinan tim saya mau meluangkan waktu untuk memberikan saran yang konstruktif dan membantu saya untuk terus belajar dan berkembang.

Setelah itu, saya berusaha untuk menerapkan saran tersebut dalam presentasi-presentasi selanjutnya. Saya belajar untuk mempersiapkan materi presentasi dengan lebih detail dan juga melakukan latihan menjawab pertanyaan yang mungkin muncul. Dengan demikian, saya merasa lebih percaya diri dan siap dalam setiap presentasi yang saya lakukan.

Dijawab Oleh : 

Ahmad Hidayat, S. Pd.

Jawaban 2 : 

Secara spesifik, mereka memuji ide dan konsep yang saya bawakan dalam presentasi tersebut, namun mereka juga menyarankan agar saya lebih memperjelas dan merinci beberapa poin penting agar lebih mudah dipahami oleh semua anggota tim. Mereka juga menyarankan agar saya lebih mempersiapkan diri dalam menjawab pertanyaan yang mungkin muncul setelah presentasi.

Dijawab Oleh : 

Dedi Setiadi, S. Pd. M.Pd.

Penjelasan :

Titik Balik Karier: Sebuah Umpan Balik yang Mengubah Segalanya

Setiap profesional pasti memiliki momen yang mendefinisikan ulang arah karier mereka. Bagi saya, momen itu bukanlah sebuah promosi besar atau penghargaan bergengsi, melainkan sebuah sesi evaluasi sederhana dengan seorang editor sekitar enam tahun yang lalu. Saat itu, saya merasa sudah berada di puncak permainan sebagai seorang penulis. Saya bangga dengan kemampuan merangkai kata, gaya bahasa yang puitis, dan alur narasi yang mengalir.

Baca Juga:  Keadilan sosial merupakan salah satu... negara indonesia​

Namun, dunia digital memiliki aturannya sendiri, sebuah aturan yang saat itu belum sepenuhnya saya pahami. Saya baru saja menyelesaikan serangkaian artikel untuk klien di bidang teknologi, dan saya menyerahkannya dengan penuh percaya diri. Saya membayangkan pujian akan datang, namun yang saya terima justru adalah sebuah pelajaran berharga yang membuka mata saya pada sebuah realita baru.

Momen Krusial: Ketika ‘Bagus’ Saja Tidak Cukup

Kejadiannya berlangsung pada suatu sore di pertengahan tahun 2018. Melalui panggilan video, editor saya memulai percakapan dengan kalimat yang sopan namun langsung ke intinya, “Tulisannya bagus, flow-nya enak dibaca, tapi ini tidak akan bekerja dengan baik di internet.” Kalimat itu terasa seperti pukulan telak. ‘Bagus tapi tidak akan bekerja’, sebuah paradoks yang membuat ego saya sedikit terluka.

Editor tersebut kemudian menjelaskan dengan sabar mengapa tulisan yang ‘bagus’ secara sastra tidak selalu efektif di dunia digital. Di sinilah saya pertama kali dihadapkan pada sebuah konsep yang akan mengubah cara saya menulis selamanya: Search Engine Optimization (SEO). Ternyata, di balik layar internet, ada mesin pencari yang memiliki cara kerja spesifik, dan tulisan saya sama sekali tidak berkomunikasi dengan bahasa yang dimengerti mesin tersebut.

Masukan Spesifik yang Membuka Mata

Umpan balik yang saya terima bukanlah kritik yang kabur, melainkan analisis yang sangat teknis dan spesifik. Inilah poin-poin utama yang disampaikan kepada saya:

  • Struktur yang Tidak Jelas: Artikel saya tidak memiliki hierarki informasi yang terstruktur. Tidak ada penggunaan heading (H1, H2, H3) yang jelas untuk memandu pembaca dan mesin pencari.
  • Minim Kata Kunci: Saya menulis berdasarkan intuisi dan gaya bahasa, tanpa melakukan riset kata kunci (keyword) terlebih dahulu. Akibatnya, artikel saya tidak akan pernah ditemukan oleh orang yang mencari topik tersebut di Google.
  • Paragraf Terlalu Panjang: Saya terbiasa menulis paragraf panjang yang bertele-tele untuk membangun nuansa. Di dunia digital, ini justru membuat pembaca cepat lelah dan meninggalkan halaman.
  • Mengabaikan Niat Pencari (User Intent): Fokus saya adalah mengekspresikan ide dengan indah, bukan menjawab pertanyaan atau menyelesaikan masalah yang dimiliki oleh pembaca.
Baca Juga:  Bangkai binatang yang halal dimakan

Reaksi Awal: Antara Ego dan Keingintahuan

Jujur, reaksi pertama saya adalah defensif. Dalam hati saya berpikir, “Saya ini penulis, bukan teknisi. Tugas saya adalah menulis dengan baik, bukan memikirkan robot Google.” Perasaan ini adalah campuran antara ego yang terluka dan ketidaktahuan. Saya merasa keahlian yang selama ini saya banggakan tiba-tiba dinilai tidak cukup.

Namun, setelah beberapa saat merenung, rasa defensif itu perlahan berubah menjadi keingintahuan. Mengapa struktur tulisan begitu penting? Apa sebenarnya user intent itu? Rasa penasaran ini mengalahkan ego saya. Saya mulai menyadari bahwa ini bukanlah serangan terhadap kemampuan saya, melainkan sebuah pintu menuju dunia baru.

Sebuah Kesadaran: Dunia Terus Berubah, Saya Pun Harus

Pada titik inilah kesadaran itu datang dengan kuat. Saya tidak bisa lagi mengandalkan keterampilan yang saya miliki lima tahun sebelumnya untuk bersaing di masa kini. Lanskap media telah berubah total. Fakta bahwa perkembangan menuntut kita untuk terus belajar hal-hal baru bukan lagi sekadar slogan motivasi, melainkan sebuah kenyataan pahit yang harus dihadapi. Saya harus memilih: beradaptasi atau menjadi usang.

Dari Umpan Balik Menjadi Aksi: Proses Transformasi

Umpan balik tersebut menjadi titik awal dari sebuah perjalanan belajar yang intens. Saya tidak membiarkan kritik itu hanya berlalu, tetapi mengubahnya menjadi sebuah kurikulum pribadi. Saya memutuskan untuk membongkar total pemahaman saya tentang menulis dan membangunnya kembali dari fondasi yang baru: fondasi digital.

Membongkar dan Membangun Kembali Pemahaman

Langkah pertama saya adalah menelan ego dan mengakui bahwa saya tidak tahu apa-apa tentang SEO. Saya mulai menghabiskan waktu berjam-jam setiap hari untuk belajar. Sumber belajar saya meliputi:

  1. Membaca Blog Ahli: Saya melahap artikel dari situs-situs seperti Moz, Ahrefs, dan Search Engine Journal.
  2. Mengikuti Kursus Online: Saya mendaftar di beberapa kursus dasar SEO untuk pemula.
  3. Praktik Langsung: Teori tidak akan berarti tanpa praktik. Saya mulai mengedit ulang tulisan-tulisan lama saya dengan menerapkan prinsip-prinsip baru yang saya pelajari.
Baca Juga:  Berikut merupakan prinsip evaluasi kecuali * a. Terencana dan berkesinambungan b. Memerlukan semua pihak yang terlibat c. Kriteria pengukuran yang jelas d. Melakuakan rekayasa analisis sehingga program sesuai harapan e. Menuntut umpan balik​

Penerapan Praktis: Belajar Sambil Bekerja

Saya tidak menunggu sampai menjadi ahli untuk mulai menerapkan ilmu baru. Setiap artikel yang saya tulis setelahnya menjadi laboratorium pribadi. Proses ini melibatkan beberapa perubahan fundamental dalam alur kerja saya.

Mengoptimalkan Struktur dengan Heading

Saya belajar bahwa heading bukan sekadar judul bab, melainkan peta bagi pembaca dan Google. Penggunaan H1, H2, dan H3 secara logis membantu memecah informasi kompleks menjadi bagian-bagian yang mudah dicerna, sekaligus memberikan sinyal relevansi yang kuat kepada mesin pencari.

Riset Kata Kunci sebagai Fondasi

Sebelum menulis satu kata pun, saya kini memulai dengan riset kata kunci. Saya belajar menggunakan berbagai alat untuk memahami apa yang sebenarnya dicari oleh audiens. Ini mengubah perspektif saya dari “apa yang ingin saya tulis” menjadi “apa yang ingin audiens ketahui”.

Pelajaran Berharga: Umpan Balik sebagai Katalisator Pertumbuhan

Melihat ke belakang, umpan balik yang awalnya terasa menyakitkan itu adalah hadiah terbaik bagi karier saya. Tanpa kritik yang konstruktif tersebut, saya mungkin masih menjadi penulis yang baik secara konvensional, tetapi tidak relevan di era digital. Kejadian itu menegaskan kembali bahwa pertumbuhan sejati sering kali dimulai dari zona ketidaknyamanan.

Pengalaman ini mengajarkan bahwa sikap terbuka terhadap masukan adalah aset yang tak ternilai. Kemampuan menerima bahwa kita tidak tahu segalanya adalah langkah pertama untuk menjadi lebih baik. Pada akhirnya, perkembangan menuntut kita untuk terus belajar hal-hal baru, dan umpan balik adalah kompas yang menunjukkan arah mana yang harus kita tuju selanjutnya.

Kesimpulan

Perubahan adalah satu-satunya hal yang konstan. Di dunia yang terus bergerak maju, kemampuan untuk belajar, melepaskan kebiasaan lama (unlearn), dan mempelajari kembali (relearn) adalah kunci untuk bertahan dan berkembang. Pengalaman saya menerima umpan balik tentang penulisan SEO adalah bukti nyata dari prinsip ini.

Umpan balik, betapapun sulitnya untuk diterima pada awalnya, adalah sebuah anugerah. Ia adalah cermin yang menunjukkan area di mana kita bisa menjadi lebih baik. Oleh karena itu, mari kita rangkul setiap masukan sebagai peluang, karena pada hakikatnya, perkembangan menuntut kita untuk terus belajar hal-hal baru, dan perjalanan belajar itu tidak akan pernah berakhir.

Tinggalkan komentar