Hadits ridho allah tergantung ridho kedua orang tua
Jawaban 1 :
Hadist rida Allah rida orang tua adalah
Ada beberapa hadits shahih yang menjelaskan pentingnya mengaplikasikan birrul walidain (berbakti kepada orangtua) guna mendapatkan rida Allah Sewt. Salah satu di antaranya adalah hadits shahih riwayat At-Tirmidzi yang berbunyi :
عَنْ عَبْدُ الله بن عَمْرٍو رضي الله عنهما قال قال رسولُ الله صلى الله عليه وسلم: رِضَى اللهُ فى رِضَى الوَالِدَيْنِ و سَخَطُ الله فى سَخَطُ الوَالِدَيْنِ ( اخرجه الترمذي وصححه ابن حبان والحاكم)
Artinya, “Dari Abdullah Ibnu Amar al-’Ash Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Keridaan Allah tergantung kepada keridaan orangtua dan kemurkaan Allah tergantung kepada kemurkaan orang tua.”
Pembahasan
Walaupun keridaan Allah tergantung terhadap keridaan orangtua, namun mendapat keridaan dari Ibu adalah lebih utama dibandingkan dengan ayah. Hal ini didasari hadits yang berbunyi :
“Abu Hurairoh juga meriwayatkan, bahwa ada seorang lelaki menghadap Rasulullah Saw. Untuk menanyakan siapakah orang yang lebih patut dilakukan persahabatan dengan baik? Maka jawab Rasulullah Saw. Ibumu. Kemudian ia pun bertanya lagi : lalu siapa lagi? Jawab beliau tetap: Ibumu. Lalu ia bertanya lagi: Lalu siapa lagi: Maka kali ini jawab beliau: Ayahmu” ( HR. Bukhari dan Muslim – Riyadhush Shalihin 9/319 )
Dalam satu riwayat (bahwa lelaki tersebut bertanya ): Ya Rasulullah, siapakah orang yang lebih patut dilakukan persahabatan dengan baik? Beliau menjawab: Ibumu, kemudian ibumu, kemudian ibumu, dan kemudian bapakmu, dan selanjutnya orang-orang yang paling dekat denganmu, dan yang paling dekat denganmu.
Dijawab Oleh :
Ahmad Hidayat, S. Pd.
Jawaban 2 :
Ada beberapa hadits shahih yang menjelaskan pentingnya mengaplikasikan birrul walidain (berbakti kepada orangtua) guna mendapatkan rida Allah Sewt. Salah satu di antaranya adalah hadits shahih riwayat At-Tirmidzi yang berbunyi :
عَنْ عَبْدُ الله بن عَمْرٍو رضي الله عنهما قال قال رسولُ الله صلى الله عليه وسلم: رِضَى اللهُ فى رِضَى الوَالِدَيْنِ و سَخَطُ الله فى سَخَطُ الوَالِدَيْنِ ( اخرجه الترمذي وصححه ابن حبان والحاكم)
Artinya, “Dari Abdullah Ibnu Amar al-’Ash Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Keridaan Allah tergantung kepada keridaan orangtua dan kemurkaan Allah tergantung kepada kemurkaan orang tua.”
Dijawab Oleh :
Dedi Setiadi, S. Pd. M.Pd.
Penjelasan :
Memahami Inti Hadits: Ridho Allah Tergantung Ridho Orang Tua
Hadits Nabi Muhammad SAW yang mulia menyatakan, “Ridha Allah tergantung ridha orang tua, dan murka Allah tergantung murka orang tua.” (HR. Tirmidzi). Hadits ini merupakan pondasi fundamental dalam memahami betapa tinggi kedudukan orang tua dalam Islam. Secara eksplisit, hadits ini menegaskan bahwa pintu keridhaan Allah SWT terbuka lebar bagi mereka yang berhasil meraih keridhaan kedua orang tuanya.
Lebih dari sekadar kiasan, pernyataan ini adalah sebuah kaidah syariat yang memiliki bobot yang sangat besar. Mengamalkan makna dari hadits ridho Allah tergantung ridho orang tua berarti menempatkan bakti kepada orang tua sebagai prioritas utama setelah hak-hak Allah SWT. Ini menunjukkan bahwa penghormatan, ketaatan, dan kasih sayang kita kepada orang tua bukan hanya perintah moral, melainkan jembatan langsung menuju pintu keridhaan Ilahi.
Hubungan sebab-akibat yang dijelaskan dalam hadits ini adalah manifestasi rahmat dan keadilan Allah. Dia menjadikan keridhaan orang tua sebagai cerminan keridhaan-Nya sendiri, karena merekalah sebab keberadaan kita di dunia ini. Oleh karena itu, setiap Muslim wajib memahami dan meresapi makna mendalam dari hadits ridho Allah tergantung ridho orang tua ini agar tidak tergelincir dalam perbuatan durhaka yang dapat mendatangkan murka Allah.
Keutamaan Berbakti kepada Orang Tua dalam Islam
Berbakti kepada kedua orang tua adalah salah satu amal paling utama dalam Islam, bahkan disebut-sebut setara dengan jihad fi sabilillah dalam beberapa riwayat. Kedudukan mulia ini tidak datang tanpa alasan, sebab orang tua adalah sosok yang berjasa besar dalam hidup kita, mulai dari mengandung, melahirkan, hingga membesarkan dengan penuh cinta dan pengorbanan. Memuliakan mereka adalah bentuk syukur kita kepada Allah atas anugerah kehidupan ini.
Keridhaan Allah yang digantungkan pada keridhaan orang tua, sebagaimana diisyaratkan oleh hadits ridho Allah tergantung ridho orang tua, menegaskan betapa sentralnya peran mereka. Mereka adalah pintu pertama untuk meraih surga bagi seorang anak. Mengabaikan hak-hak dan perasaan orang tua dapat berakibat fatal, tidak hanya di dunia tetapi juga di akhirat.
Perintah Berbakti dalam Al-Qur’an
Al-Qur’an secara berulang kali menekankan pentingnya berbakti kepada orang tua, seringkali setelah perintah untuk menyembah Allah semata. Dalam Surah Al-Isra’ ayat 23-24, Allah SWT berfirman: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.””
Ayat ini merupakan bukti nyata betapa agungnya perintah berbakti kepada orang tua. Allah SWT bahkan melarang mengucapkan kata “ah” yang menunjukkan ketidaksukaan atau ketidakpatuhan. Ini semua menguatkan pemahaman bahwa hadits ridho Allah tergantung ridho orang tua adalah bagian integral dari ajaran Islam yang fundamental.
Derajat Orang Tua di Sisi Allah SWT
Posisi orang tua sangat tinggi di sisi Allah SWT karena pengorbanan dan cinta mereka yang tiada tara. Ibu, khususnya, mendapatkan derajat tiga kali lipat lebih utama daripada ayah, sebagaimana disebutkan dalam hadits Nabi. Pengorbanan ibu saat mengandung, melahirkan, menyusui, dan membesarkan anak tidak dapat terbalaskan sepenuhnya.
Ayah juga memiliki peran vital sebagai pelindung, pencari nafkah, dan pendidik. Keduanya saling melengkapi dalam mengemban amanah membesarkan generasi. Oleh karena itu, berbakti kepada keduanya adalah cara terbaik untuk menunjukkan rasa terima kasih dan meraih kemuliaan di sisi Allah, sejalan dengan inti dari hadits ridho Allah tergantung ridho orang tua.
Berbakti sebagai Jalan Menuju Surga
Rasulullah SAW bersabda, “Orang tua adalah pintu surga yang paling tengah. Jika engkau mau, silakan sia-siakan pintu itu atau jagalah.” (HR. Tirmidzi). Hadits ini secara gamblang menjelaskan bahwa berbakti kepada orang tua adalah salah satu jalan termudah dan paling pasti untuk masuk surga. Menjaga keridhaan mereka berarti menjaga pintu surga kita tetap terbuka lebar.
Sebaliknya, durhaka kepada orang tua adalah salah satu dosa besar yang dapat menghalangi seseorang dari mencium bau surga. Oleh karena itu, setiap Muslim harus berusaha semaksimal mungkin untuk meraih keridhaan orang tua, mengingat hadits ridho Allah tergantung ridho orang tua adalah kunciutama untuk mendapatkan keridhaan-Nya dan memasuki taman-taman surga.
Implementasi Konsep Hadits dalam Kehidupan Sehari-hari
Memahami makna dari hadits ridho Allah tergantung ridho orang tua saja tidak cukup; yang terpenting adalah mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Bakti kepada orang tua bukanlah sekadar melakukan hal-hal besar, tetapi juga mencakup tindakan-tindakan kecil yang konsisten dan penuh keikhlasan. Ini adalah proses berkelanjutan sepanjang hidup kita.
Penerapan konsep ini membutuhkan kesadaran, kesabaran, dan kemampuan untuk menahan diri. Lingkungan, kondisi fisik, dan mental orang tua yang berubah seiring waktu juga menuntut penyesuaian dari seorang anak. Namun, tujuan akhirnya tetap sama: meraih keridhaan mereka demi keridhaan Allah SWT.
Bentuk-Bentuk Bakti kepada Orang Tua
Berbakti kepada orang tua memiliki berbagai bentuk yang dapat kita lakukan. Bentuk-bentuk ini tidak hanya terbatas pada materi, tetapi juga meliputi aspek emosional, spiritual, dan sosial. Setiap Muslim diharapkan untuk mengidentifikasi dan menjalankan bentuk bakti yang paling sesuai dengan kondisi orang tua dan kemampuannya.
Taat dalam Perkara Ma’ruf
Ketaatan kepada orang tua adalah salah satu bentuk bakti yang paling fundamental. Ini berarti menuruti perintah mereka selama perintah tersebut tidak bertentangan dengan syariat Islam atau tidak mengarah pada perbuatan maksiat. Jika perintah mereka bertentangan dengan ajaran agama, seorang anak wajib menolak dengan cara yang baik dan sopan, tanpa membentak atau menyakiti perasaan. Ketaatan ini merupakan wujud nyata dari pemahaman kita akan hadits ridho Allah tergantung ridho orang tua.
Berbicara Lemah Lembut dan Menjaga Perasaan
Al-Qur’an secara tegas melarang mengucapkan perkataan “ah” kepada orang tua. Ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga lisan dan perasaan mereka. Berbicaralah dengan nada yang lembut, penuh hormat, dan hindari kata-kata yang dapat menyakiti hati. Selalu dahulukan kepentingan dan perasaan mereka, dan tunjukkan empati dalam setiap interaksi.
Tantangan dan Solusi dalam Berbakti
Tidak jarang, hubungan dengan orang tua diwarnai oleh tantangan, seperti perbedaan pandangan, jarak geografis, atau kondisi kesehatan yang memburuk. Namun, tantangan ini tidak boleh menjadi alasan untuk mengabaikan bakti. Justru, ini adalah ujian bagi keimanan dan kesabaran seorang anak.
Solusinya terletak pada komunikasi yang efektif, kesabaran tanpa batas, dan doa. Jika ada perbedaan pendapat, cobalah untuk menjelaskan dengan tenang dan penuh hormat. Jika terpisah jarak, manfaatkan teknologi untuk tetap berkomunikasi. Dan yang terpenting, jangan pernah berhenti mendoakan mereka, baik saat masih hidup maupun setelah meninggal dunia. Doa anak yang saleh adalah salah satu bentuk bakti tertinggi yang dapat terus mengalirkan pahala bagi orang tua.
Dampak Positif Ridho Orang Tua bagi Seorang Muslim
Mendapatkan keridhaan orang tua memiliki dampak positif yang sangat besar dalam kehidupan seorang Muslim. Ini bukan sekadar janji kosong, melainkan sebuah realitas yang banyak disaksikan. Sesuai dengan hadits ridho Allah tergantung ridho orang tua, dampak positif ini mencakup keberkahan di dunia dan kemudahan di akhirat.
- Kemudahan dalam Rezeki dan Urusan: Banyak kisah dan pengalaman menunjukkan bahwa anak-anak yang berbakti kepada orang tua cenderung dimudahkan rezekinya dan segala urusannya. Segala kesulitan seolah menemukan jalan keluar, dan keberkahan senantiasa menyertai langkah mereka.
- Ketenangan Hati dan Kebahagiaan: Berbakti kepada orang tua membawa ketenangan batin yang luar biasa. Tidak ada penyesalan karena telah menunaikan hak mereka, dan hati terasa lapang. Kebahagiaan yang didapat dari melihat senyum dan keridhaan orang tua adalah kebahagiaan yang hakiki.
- Doa yang Mustajab: Doa orang tua untuk anaknya adalah salah satu doa yang paling mustajab di sisi Allah. Jika orang tua ridha dan mendoakan anaknya, maka doa tersebut sangat mungkin dikabulkan, membawa kebaikan dan perlindungan dari berbagai marabahaya.
- Pahala Jariyah yang Berkelanjutan: Setelah orang tua meninggal dunia, bakti seorang anak tetap dapat berlanjut melalui doa, sedekah atas nama mereka, dan menjaga silaturahmi dengan kerabat mereka. Ini adalah bentuk pahala jariyah yang tidak pernah terputus.
Dampak-dampak positif ini hanyalah sebagian kecil dari buah manis berbakti kepada orang tua. Semua ini adalah manifestasi konkret dari janji Allah yang tersirat dalam hadits ridho Allah tergantung ridho orang tua.
Kesimpulan
Memahami dan mengamalkan hadits ridho Allah tergantung ridho orang tua adalah esensi penting dalam ajaran Islam. Hadits ini bukan hanya sekadar nasihat, melainkan sebuah panduan hidup yang mengarahkan kita pada kebahagiaan sejati dan keridhaan Allah SWT. Berbakti kepada orang tua adalah ibadah agung yang derajatnya sangat tinggi, bahkan seringkali disebutkan setelah perintah untuk mengesakan Allah.
Melalui artikel ini, kita telah menyelami betapa fundamentalnya perintah berbakti kepada orang tua yang diabadikan dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Dari perintah untuk tidak mengucapkan kata “ah”, hingga janji surga bagi mereka yang berbakti, semua menunjukkan betapa mulianya posisi orang tua. Implementasi bakti ini harus dilakukan secara konsisten, penuh keikhlasan, dan dengan lisan yang terjaga serta hati yang penuh kasih sayang.
Semoga kita semua diberikan kekuatan dan kemudahan oleh Allah SWT untuk senantiasa menjadi anak yang berbakti, meraih keridhaan orang tua kita, dan pada akhirnya mendapatkan keridhaan-Nya. Karena sungguh, tidak ada keberkahan yang lebih besar selain hidup dalam naungan ridha Allah, yang pintu utamanya adalah melalui keridhaan kedua orang tua kita.