Rasulllah saw. Bersabda: “antara seorang mukmin dengan mukmin yang lainnya adalah bagaikan satu bagunan, yang saling menguatkan satu sama lainnya” hadis tersebut menjelaskan tentang?
A. Derajat umat islam
B. Persaingan umat islam
C. Persaudaraan umat islam
d. Kedudukan umat islam
Jawaban 1 :
C. Persaudaraan umat islam
Penjelasan:
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اَلْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا.
“Seorang Mukmin dengan Mukmin lainnya seperti satu bangunan yang tersusun rapi, sebagiannya menguatkan sebagian yang lain.” Dan beliau merekatkan jari-jemarinya. (HR. Bukhari)
Beginilah seharusnya persaudaraan seorang muslim. Terlebih lagi disaat masa wabah spt ini. Harus saling menguatkn.
Dijawab Oleh :
Dedi Setiadi, S. Pd. M.Pd.
Jawaban 2 :
Yang C. Persaudaraan umat islam.
Penjelasan:
Karena hadis tersebut menggambarkan tentang persaudaraan antar satu mukmin dengan mukmin lainnya yang kokoh.
Dijawab Oleh :
Ahmad Hidayat, S. Pd.
Penjelasan :
Membedah Makna Hadis: Fondasi Persaudaraan Islam
Hadis ini secara gamblang menjawab bahwa hubungan antara seorang mukmin dan mukmin yang lainnya adalah sebuah ikatan persaudaraan yang solid. Rasulullah SAW tidak menggunakan perumpamaan lain selain “bangunan” (Al-Bunyan) karena di dalamnya terkandung filosofi kekuatan, kesatuan, dan sinergi yang luar biasa.
Sebuah bangunan tidak akan bisa berdiri hanya dengan satu batu bata atau satu tiang pancang. Ia membutuhkan fondasi, dinding, atap, dan berbagai elemen lain yang tersusun rapi dan saling mengunci. Jika satu bagian lemah atau hilang, maka kekuatan seluruh bangunan akan terancam. Demikian pula umat Islam, kekuatan kolektifnya bergantung pada kekuatan individu-individu yang saling peduli dan mendukung. Inilah esensi dari ukhuwah yang diajarkan oleh Islam.
Ukhuwah Islamiyah: Lebih dari Sekadar Pertemanan
Konsep yang dijelaskan dalam hadis ini jauh melampaui sekadar pertemanan biasa atau hubungan sosial. Ukhuwah Islamiyah adalah ikatan suci yang diikat oleh tali akidah yang sama. Ikatan ini menembus batas-batas suku, ras, warna kulit, status sosial, dan letak geografis.
Landasan Ukhuwah: Akidah yang Sama
Fondasi utama dari bangunan umat Islam adalah iman dan akidah kepada Allah SWT. Inilah yang menyatukan seorang Muslim di Indonesia dengan seorang Muslim di Palestina, Afrika, maupun Eropa. Ketika landasan ini sama, maka setiap “batu bata” memiliki perekat yang sama kuatnya. Hubungan antara seorang mukmin dan mukmin yang lainnya adalah manifestasi dari kesamaan iman ini, yang melahirkan rasa cinta, peduli, dan tanggung jawab.
Hak dan Kewajiban dalam Persaudaraan
Persaudaraan ini bukan konsep abstrak, melainkan diwujudkan dalam tindakan nyata yang menjadi hak dan kewajiban setiap Muslim terhadap saudaranya. Beberapa di antaranya adalah:
- Menjawab salam.
- Menjenguk yang sakit.
- Mengantarkan jenazah.
- Memenuhi undangan.
- Mendoakan ketika bersin.
- Memberikan nasihat yang tulus jika diminta.
- Menutupi aib dan kekurangan saudaranya.
Semua ini adalah mekanisme praktis untuk “saling menguatkan” sebagaimana yang digambarkan dalam hadis tersebut.
Ancaman bagi Ukhuwah
Layaknya bangunan yang bisa rapuh karena faktor internal, ukhuwah Islamiyah juga memiliki ancaman yang bisa merusaknya dari dalam. Sifat-sifat tercela seperti ghibah (menggunjing), namimah (adu domba), hasad (iri dengki), dan sombong adalah rayap-rayap yang dapat menggerogoti kekokohan bangunan persaudaraan. Karena itu, menjaga lisan dan hati menjadi sangat penting untuk memelihara ukhuwah.
Implementasi Konsep “Satu Bangunan” dalam Kehidupan
Mengamalkan hadis ini berarti secara aktif berperan menjadi bagian yang menguatkan, bukan yang melemahkan. Implementasinya dapat dirasakan dalam berbagai dimensi kehidupan.
Dimensi Sosial dan Ekonomi
Dalam lingkup sosial, konsep ini mendorong umat Islam untuk saling membantu. Ketika tetangga mengalami kesulitan, seorang Muslim terpanggil untuk menolong. Ketika ada yang membutuhkan pekerjaan, yang lain berusaha mencarikan jalan. Ikatan antara seorang mukmin dan mukmin yang lainnya adalah penggerak utama bagi lahirnya filantropi Islam seperti zakat, infak, dan sedekah yang bertujuan memperkuat “dinding” ekonomi umat.
Dimensi Emosional dan Spiritual
Dukungan tidak selalu bersifat materi. Seringkali, dukungan emosional dan spiritual justru menjadi penguat yang paling dibutuhkan.
Saling Mendoakan
Mendoakan kebaikan untuk saudara seiman tanpa sepengetahuannya adalah salah satu bentuk dukungan spiritual yang paling tulus. Ini ibarat menyiramkan semen perekat ke celah-celah bangunan yang tak terlihat, menjadikannya semakin kokoh dari dalam.
Memberikan Nasihat dengan Lembut
Ketika kita melihat saudara kita melakukan kekeliruan, peran kita sebagai “bagian dari bangunan” adalah untuk menguatkannya kembali ke jalan yang benar. Ini dilakukan bukan dengan cara menghakimi atau mempermalukan, melainkan dengan memberikan nasihat yang tulus, lembut, dan penuh hikmah, persis seperti memperbaiki bagian bangunan yang retak dengan hati-hati agar tidak merusak struktur lainnya.
Jawaban Atas Pertanyaan: Mengapa Persaudaraan, Bukan yang Lain?
Jika kita kembali pada pertanyaan awal, hadis yang menyatakan bahwa antara seorang mukmin dan mukmin yang lainnya adalah bagaikan satu bangunan jelas merujuk pada C. Persaudaraan umat Islam. Mari kita telaah mengapa pilihan lain tidak tepat:
- A. Derajat umat Islam & D. Kedudukan umat Islam: Hadis ini sama sekali tidak membahas tentang tingkatan atau hierarki. Justru, analogi bangunan menyiratkan kesetaraan fungsi. Setiap batu bata, baik di bawah maupun di atas, sama pentingnya untuk kekokohan bangunan. Ini menafikan adanya pembedaan derajat atau kedudukan berdasarkan duniawi.
- B. Persaingan umat Islam: Konsep “saling menguatkan” adalah antitesis dari “persaingan”. Persaingan seringkali berujung pada saling menjatuhkan untuk menjadi yang terdepan, sementara hadis ini mengajarkan untuk saling menopang dan mengangkat agar semua bisa berdiri kokoh bersama-sama.
Oleh karena itu, satu-satunya jawaban yang selaras dengan pesan dan analogi dalam hadis tersebut adalah persaudaraan umat Islam.
Kesimpulan
Hadis tentang mukmin yang bagaikan satu bangunan adalah pedoman agung yang membentuk karakter sosial umat Islam. Ia mengajarkan bahwa kekuatan sejati tidak terletak pada kehebatan individu, melainkan pada kemampuan untuk bersatu, bersinergi, dan saling mendukung dalam ikatan ukhuwah. Hubungan antara seorang mukmin dan mukmin yang lainnya adalah sebuah tanggung jawab suci untuk menjaga, merawat, dan memperkuat bangunan besar bernama “ummah”.
Dengan memahami dan mengamalkan pesan ini, umat Islam dapat membangun sebuah peradaban yang tidak hanya kuat secara fisik, tetapi juga kokoh secara spiritual, sosial, dan emosional, di mana setiap individu merasa aman, dihargai, dan menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar dari dirinya sendiri.