15. Gerakan bawah tanah yang
dilakukan Bani Abbas dipimpin
oleh?
a. Imam Hasan Al-Jurany
b. Abu Muslim Al-Khurasani
C. Ismail Al-Jawawi
d. Harun Al-Rasyid
Jawaban 1 :
B. Abu Muslim Al-khurasani
Penjelasan:
maaf kalau salah
semoga membantu
Dijawab Oleh :
Ahmad Hidayat, S. Pd.
Jawaban 2 :
B. Abu Muslim Al-khurasani
Dijawab Oleh :
Dedi Setiadi, S. Pd. M.Pd.
Penjelasan :
Memahami Konteks Sejarah: Kemunduran Dinasti Umayyah
Dinasti Umayyah, yang berpusat di Damaskus, Suriah, telah berkuasa sejak tahun 661 Masehi. Meskipun sukses dalam perluasan wilayah dan pembangunan administrasi, pemerintahan mereka mulai menunjukkan tanda-tanda kelemahan pada abad ke-8. Banyak faktor yang berkontribusi terhadap ketidakpuasan meluas terhadap kekuasaan Umayyah, yang kemudian menjadi lahan subur bagi munculnya gerakan perlawanan.
Beberapa isu utama meliputi diskriminasi terhadap kaum Mawali (non-Arab Muslim), yang meskipun telah memeluk Islam, masih diperlakukan sebagai warga kelas dua dibandingkan Arab. Selain itu, kebijakan fiskal yang membebani, intrik politik internal, dan gaya hidup mewah para penguasa Umayyah semakin menjauhkan mereka dari cita-cita awal Islam. Kelompok Alawiyyin (pengikut Ali ibn Abi Thalib) dan Khawarij juga terus-menerus menentang legitimasi kekuasaan Umayyah, menciptakan iklim ketidakstabilan di berbagai wilayah kekhalifahan.
Latar Belakang dan Tujuan Gerakan Bawah Tanah Bani Abbas
Bani Abbas, yang merupakan keturunan Abbas ibn Abd al-Muttalib (paman Nabi Muhammad SAW), melihat peluang dalam kemunduran Umayyah. Mereka merasa memiliki klaim yang lebih sahih atas kekhalifahan berdasarkan hubungan kekerabatan dengan Nabi. Tujuan utama mereka adalah menggulingkan Umayyah dan mendirikan kekhalifahan baru yang diklaim akan lebih adil dan Islami.
Namun, menantang kekuatan sebesar Dinasti Umayyah secara terbuka adalah tindakan bunuh diri. Oleh karena itu, Bani Abbas memilih jalur perang urat saraf dan propaganda rahasia, membangun sebuah gerakan bawah tanah yang terorganisir selama puluhan tahun. Gerakan ini secara sistematis menyebarkan ideologi anti-Umayyah dan mengumpulkan dukungan dari berbagai lapisan masyarakat.
Mengapa Gerakan Rahasia Diperlukan?
Gerakan rahasia menjadi kebutuhan mutlak bagi Bani Abbas karena beberapa alasan. Pertama, pengawasan ketat dari pemerintahan Umayyah membuat setiap bentuk perlawanan terbuka langsung ditumpas. Kedua, strategi rahasia memungkinkan Bani Abbas untuk membangun jaringan solid, merekrut pengikut, dan mengumpulkan sumber daya tanpa terdeteksi sepenuhnya oleh otoritas Umayyah. Ini memberikan mereka keuntungan taktis yang signifikan dalam jangka panjang.
Jaringan Propaganda dan Perekrutan Awal
Pada awalnya, pusat gerakan berada di al-Humaymah, sebuah kawasan terpencil di selatan Yordania modern, tempat keluarga Abbasid tinggal. Dari sana, mereka mengirimkan para dai (penyeru) dan propagandis ke berbagai wilayah kekhalifahan. Para dai ini, yang bekerja secara rahasia, menyebarkan pesan tentang ketidakadilan Umayyah dan janji akan pemerintahan yang lebih baik di bawah Bani Abbas. Mereka seringkali menggunakan slogan yang ambigu seperti “mendukung keluarga Nabi” (ahl al-bayt) untuk menarik simpati kelompok Syiah tanpa secara eksplisit menyatakan niat mereka untuk mendirikan kekhalifahan Abbasid.
Peran Penting Wilayah Khurasan
Meskipun gerakan dimulai di pusat-pusat tradisional, wilayah Khurasan (Iran timur laut dan sebagian Asia Tengah) menjadi episentrum utama aktivitas gerakan bawah tanah yang dilakukan Bani Abbas. Khurasan adalah daerah yang jauh dari pusat kekuasaan Umayyah di Damaskus, sehingga pengawasannya lebih longgar. Selain itu, Khurasan memiliki populasi Mawali yang besar, yang sangat tidak puas dengan perlakuan Umayyah. Suku-suku Arab lokal di Khurasan juga sering berkonflik, dan banyak yang merasa tidak puas dengan gubernur Umayyah. Kondisi ini menjadikan Khurasan lahan yang sangat subur untuk bibit revolusi.
Sosok Kunci di Balik Gerakan Bawah Tanah: Abu Muslim Al-Khurasani
Pertanyaan mengenai siapa yang memimpin gerakan bawah tanah yang dilakukan Bani Abbas memiliki satu jawaban yang menonjol dan historis: Abu Muslim Al-Khurasani. Dialah sosok yang berhasil mengkonsolidasikan berbagai elemen perlawanan di Khurasan menjadi kekuatan militer dan politik yang tangguh, yang pada akhirnya memimpin revolusi terbuka.
Latar Belakang dan Kemunculan Abu Muslim
Nama asli Abu Muslim adalah Abdurrahman bin Muslim atau Ibrahim bin Utsman bin Yassar. Ia adalah seorang Mawla, kemungkinan besar berdarah Persia, yang lahir di dekat Isfahan atau Merv (sekarang di Turkmenistan). Ia diperkenalkan kepada Ibrahim al-Imam, pemimpin Bani Abbas saat itu, dan dengan cepat menunjukkan bakat kepemimpinan, organisasi, dan strategi yang luar biasa. Ibrahim al-Imam kemudian menunjuknya sebagai pemimpin utama gerakan bawah tanah yang dilakukan Bani Abbas di Khurasan sekitar tahun 746 Masehi.
Kepemimpinannya mengubah gerakan propagandis yang tersebar menjadi kekuatan revolusioner yang terorganisir. Abu Muslim dikenal karena kesetiaannya yang tak tergoyahkan kepada Bani Abbas, kecerdasan militernya, serta kemampuannya untuk menginspirasi dan menyatukan berbagai faksi yang berbeda.
Strategi dan Keberhasilan Abu Muslim di Khurasan
Keberhasilan Abu Muslim dalam memimpin gerakan bawah tanah yang dilakukan Bani Abbas sangat bergantung pada strateginya yang cerdas dan implementasinya yang tanpa kompromi. Ia berhasil membangun sebuah struktur organisasi yang kuat di Khurasan, yang meliputi:
- Organisasi Militer yang Kuat: Abu Muslim membentuk pasukan yang disiplin dan loyal, menggabungkan prajurit Arab dan Mawali. Ia melatih mereka dengan baik dan menanamkan semangat revolusi.
- Propaganda Cerdas dan Menyeluruh: Menggunakan jaringan dai dan agen rahasia, ia menyebarkan pesan-pesan yang membakar semangat perlawanan terhadap Umayyah. Ia berjanji akan keadilan, kesetaraan antara Muslim Arab dan non-Arab, serta pemerintahan yang sesuai dengan ajaran Islam yang murni. Ini sangat efektif menarik dukungan dari Mawali dan kelompok yang terpinggirkan.
- Menyatukan Berbagai Kelompok: Salah satu kehebatan Abu Muslim adalah kemampuannya untuk menyatukan berbagai kelompok yang memiliki keluhan terhadap Umayyah – Mawali, beberapa kelompok Syiah, hingga suku-suku Arab yang tidak puas. Ia berhasil membuat mereka melihat Bani Abbas sebagai satu-satunya alternatif yang layak.
Mengibarkan Panji Hitam: Simbol Revolusi
Pada tahun 747 Masehi, Abu Muslim secara terbuka mengibarkan panji hitam di Merv, yang secara tradisional merupakan simbol Bani Abbas dan seruan untuk keadilan. Ini menandai dimulainya revolusi terbuka dan akhir dari fase rahasia gerakan bawah tanah yang dilakukan Bani Abbas dipimpin oleh dirinya. Pengibaran panji hitam menjadi seruan perang yang jelas bagi semua yang tidak puas dengan Umayyah.
Melawan Tirani Umayyah dengan Strategi Brilian
Abu Muslim memimpin pasukannya meraih serangkaian kemenangan militer gemilang melawan gubernur Umayyah di Khurasan. Ia menggunakan taktik gerilya, serangan mendadak, dan memanfaatkan ketidaksepakatan di antara pasukan Umayyah. Dengan cepat, ia berhasil menguasai sebagian besar wilayah Khurasan, menjadikannya basis kekuatan yang tidak dapat diabaikan. Keberhasilannya di Khurasan membuka jalan bagi kemajuan pasukan Abbasiyah ke wilayah barat.
Puncak Revolusi dan Berdirinya Kekhalifahan Abbasiyah
Dari Khurasan, pasukan yang dipimpin oleh Abu Muslim Al-Khurasani terus bergerak ke barat, menghadapi dan mengalahkan sisa-sisa pasukan Umayyah. Puncaknya adalah Pertempuran Zab pada tahun 750 M, di mana pasukan Umayyah mengalami kekalahan telak. Khalifah Umayyah terakhir, Marwan II, melarikan diri dan kemudian terbunuh di Mesir.
Setelah kemenangan ini, Abu al-Abbas Abdullah ibn Muhammad (yang kemudian dikenal sebagai Abu al-Abbas al-Saffah) diproklamasikan sebagai Khalifah Abbasiyah pertama di Kufah. Dengan demikian, gerakan bawah tanah yang dilakukan Bani Abbas dipimpin oleh Abu Muslim Al-Khurasani telah mencapai tujuannya, menggantikan Dinasti Umayyah dengan Dinasti Abbasiyah yang akan berkuasa selama lebih dari lima abad.
Kesimpulan
Perjalanan panjang Bani Abbas dari kelompok oposisi rahasia menjadi dinasti penguasa adalah kisah yang luar biasa dalam sejarah Islam. Kunci keberhasilan mereka terletak pada efektivitas gerakan bawah tanah yang mampu menyatukan berbagai faksi dan menyebarkan pesan revolusi secara luas. Tak dapat disangkal bahwa sosok sentral di balik keberhasilan ini adalah Abu Muslim Al-Khurasani. Dengan kepemimpinan, strategi, dan karismanya, ia berhasil mengubah ketidakpuasan menjadi kekuatan revolusioner yang tangguh, membuka jalan bagi era keemasan Kekhalifahan Abbasiyah yang berpusat di Baghdad. Gerakan ini menjadi bukti nyata bagaimana organisasi yang rahasia namun kuat, jika dipimpin oleh individu yang tepat, dapat mengubah jalannya sejarah.